Mitos Daging Kambing

Pak Budi, 40 tahun, menikmati santapan sate kambing Pak Kumis langganannya. Ia tampak sangat menikmati menu favoritnya itu. Namun, istrinya malah tampak was-was. “Pak, sudah, daging kambing panas kan, pak! Nanti darah tinggi lho! Awas kolesterol juga, lho!” Namun peringatan istrinya dijawab enteng, “Siapa bilang? Daging kambing sama aja kok kayak daging sapi.”


Mungkin banyak yang tidak sependapat dengan Pak budi tadi. Mitos yang popular di masyarakat menyebabkan sejumlah orang was-was saat menikmati daging kambing. Padahal sebenarnya mitos itu tidak terlalu benar.


Memang benar daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang lumayan tinggi. Namun kandungan lemak tak jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging bewarna merah lain seperti daging sapi atau daging babi.


Sebagai perbandingan, berikut komposisi lemak dan kolesterol beberapa daging per 100 gram.






Bahan makanan




Lemak total




Lemak jenuh




Lemak tdk jenuh




Kolesterol






Daging sapi




14.0




5.1




0.5




70






Daging kambing




9.2




3.6




0.6




70






Daging babi




35.0




11.3




3.7




70






Daging ayam




25.0




0.9




2.9




60






Ikan




4.5




1.0




0.7




70






Telur




11.5




3.7




0.8




550







Lemak total daging kambing tampak dengan sangat jelas lebih rendah dibandingkan daging ayam, sapi dan babi. Selain itu kandungan kolesterolnya pun kurang lebih sama dengan yang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa daging kambing tidak lebih buruk dibanding daging-daging lainnya.


Ketakutan yang belebihan seperti ang dialami istri Pak Budi tadi tidaklah perlu. Mati sehabis makan sate kambing pun tidak erbukti secara medis. Jadi kabar itu mitos belaka. Hal ini boleh melegakan para penggemar daging kambing.


Daging kabing memiliki nilai SDA (specific dynamic action) yang lumayan tinggi, jadi bagi mereka yang sedang menjalankan ‘tiger diet’ tentu hal ini menggembirakan pula. Artinya, walaupun daging kambing memiliki kalori yang tinggi, namun untuk mencernakannya, diperlukan kalori yang tinggi pula, jadi bisa dikatakan lumayan seimbang.


Apa yang dimaksud dengan daging kabing itu panas oleh masyarakat sebenarnya mungkin hanya kepercayaan masyarakat saja. Yang pasti bumbu-bumbu yang dipakailah yang membuat ‘panas’ bukan kandungan lemak dan kolesterolnya.


Walaupun demikian, apa bila dikonsumsi berlebihan, tetap saja tidak baik. Walaupun kadar asam lemak jenuh dan kolesteronya kurang lebih sama dengan daging-daging lainnya, namun kalau dikonsumsi berlebihan, tetap saja akan mempertinggi resiko terkena berbagai penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi, hiperkolesterolemia. Apa lagi, dalam setusuk sate kambing, untuk menambah kelezatannya, juga terdapat lemak (gajih). Pada sop kambing, selain daging dan lemaknya, juga dimasukan jeroan seperti usus, babat yang notabene adalah sumber kolesterol. Nah, hal inilah yang perlu diperhatikan.


Sejatinya, daging kambing tidak perlu dipantang, malah tergolong sehat dan sejajar dengan daging sapi ataupun daging-daging lainnya. Namun, seperti makanan-makanan lainnya, perhatikan saja jumlahnya.


Mitos lain yang beredar khusunya dikalangan kaum pria mengtakan daging kambing bisa meningkatkan libido pria. Apalagi sate kambing yang disantap dengan ‘torpedo’nya serta ditemani segelas bir. Wah, istri-istri akan sibuk ‘melayani’ suaminya pada malam harinya setelah suami-suami mereka menyantap menu khas Madura ini.


Namun, lagi-lagi kebenaran mitos ini tidak dapat dibuktikan secara medis. Pasalnya libido seseorang, terutama kaum Adam, selain dipengaruhi keadaan psikologinya juga dipengaruhi oleh kadar hormon testoteronnya. Memang ada beberapa penilitian yang membuktikan bahwa terdapat senyawa yang mirip dengan hormon seks pria dalam daging kambing. Namun apakah itu yang menyebabkan peningkatan libido kaum pria setelah menkonsumsinya masih belum ada penjelasan yang memuaskan. Sedangkan ‘torpedo’ kambing memang gudang hormon seks penjantan mungkin saja ada benarnya dapat meingkatkan libido pria. Kendati demikian, hal ini masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut.


Yang pasti, daging kambing yang tinggi nilai kalorinya itu, apalagi ditambah asupan kalori dari bir atau minuman beralkohol lainnya, akan menambah semangat pria. Ditambah lagi dengan adanya kepercayan seperti itu. Maka, yang bertambah bukan libidonya, melainkan, sensasi sensualnya akibat sugesti tadi. Jadi, karena sensasi itulah, seseorang menjadi tambah bergairah.


Namun jangan terbawa senang dulu. Pasalnya, jika Anda tidak berhati-hati dan sering melahap daging kambing, apalagi’torpedo’nya, sambil ditemani minuman beralkohol berlebihan, alih-alih meningkatnya gairah birahi Anda, salah-salah pembuluh darah menuju ‘torpedo’ Anda sendiri malah tersumbat.


Maka ditegaskan sekali lagi, jangan mentang-mentang gurihnya daging kambing ditambah kabar bahwa kandungan lemak dan kolesterol daging kambing sama saja seperti daging lainnya, Anda malah terus-terusan mengunjungi warung sate Pak Kumis saban malam demi ‘sensasi panas’ seperti Pak Budi tadi. Salah-salah, bukan gairah meningkat, yang ada malah urusan ranjang menjadi berantakan. Ditambah lagi resiko terserang penyakit-penyakit kardiovaskuler yang seram-seram tadi, tidak mau, kan?